Minggu, 29 November 2009

Nyadar Sebagai Ritus Peralihan pada Masyarakat Petani Garam di Kabupaten Sumenep Madura: Suatu Kajian Antropologi Sosial
Abd. Latif Bustami

Abstract

Setiap masyarakat di dunia hidup individu dan kolektifnya terbagi oleh sistem sosial budayanya ke dalam tahapan-tahapan tertentu. Peralihan dari satu tahapan ke tahapan yang lebih luas diadakan ritus karena adanya kepercayaan peralihan sebagai suatu krisis. Ritus itu disebut ritus peralihan (rite of crisis, rite of passage). Ritus peralihan sebagai fenomena budaya bermakna ganda yaitu religius dan sosial. Makna religius sebagai “symbols for communication” sedangkan makna sosial mewujud sebagai “rite of intensification” dan regenerasi semangat kehidupan yang dibutuhkan dalam interval tertentu secara berulang. Ritus peralihan Nyadar pada masyarakat petani garam di desa Pinggirpapas Kabupaten Sumenep menunjukkan fenomena budaya khas setempat. Hal itu terjadi sebagai bentuk mekanisme adaptif manusia dengan lingkungannya dan adanya hubungan antara kegiatan manusia dengan lingkungan alamnya yang dijembatani oleh pola-pola kebudayaannya, disamping bermakna sebagaimana di atas ternyata bermakna sebagai “sense of solidarity”
1. Nama Jenis Potensi Wisata : Batik Tulis Madura
2. Luas Area : -
3. Sarana dan prasarana : -
4. Deskripsi Potensi Wisata :

Keberadaan Kabupaten Sumenep dikatakan sebagai benteng budaya Madura, hal ini bisa kita lihat dari sisa-sisa kebesaran kerajinan Sumenep yang berjejak pada sejumlah bangunan-bangunan kuno dan kerajinan rakyat. salah satunya adalah Batik Tulis Sumenep.

Keberadaan Natik Tulis Sumenep sudah ada sejak lama sama halnya dengan beberapa tempat yang menjadi pusat kerajinan batik tradisional seperti di pulau Jawa, Cirebon, Garut, Solo dan Yogyakarta, Pekalongan, Pacitan juga Palembang dan Jambi.

Batik Madura tumbuh seiring perkembangan kerajaan Sumenep pada abad ke 17 sampai dengan abad 18M. Kerajaan Sumenep berakhir pada 1926-1929 di bawah kekuasaan Ario Prabuwinoko. Setelah itu pemerintahan Sumenep dipinpin oleh seorang Bupati. Perpindahan Administrasi dari kerajaan menjadi Kabupaten tidak berpengaruh terhadap keberadaan Batik Tulis Sumenep.

Sekitar tahun 1960-1965 hampir semua pembatik terutama didesa Pekandangan Barat Kecamatn Bluto ini tidak lagi berproduksi. Hal ini disebabkan oleh adanya resesi ekonomi yang melanda negara. Pada tahun 1970 Pembatik mulai aktif kembali. Pada saat itu salah seorang warga Sumenep yang sangat peduli dengan Batik Tulis meneruskan usaha dari orang tuanya. Dan pada tahun 1977 beliau mengembangkan usaha batik tulis sumenep. Dan berkembanglah usaha batik ini sampai sekarang.

Adapun cara pembuatan Batik Tulis Madura yaitu :
1. Abatik ( membuat pola diatas kain)
2. Nyelot (memberi warna pada bagian-bagian tertentu)
3. Nutup (menutup warna yang dicolet dengan lilin malan)
4. Ndasari (mencelup latar pola dengan warna)
5. Menutup dasaran (menutup bagian latar pola yang sudah diwarnai)
6. Medel (Mencelup dengan warna biru)
7. Ngelorot (Membilas dengan air mendidih)
8. Nutup ke dua (menutup yang berwarna putih)
9. Nyoga (mencelup warna soga)
10. Kembali ke Ngelorod
11. Lalu Jemur

Didalam melakukan usaha produksinya "Sentra Batik Tulis Melati" didukung oleh tenaga kerja sebanyak 35 orang yang telah mahir dan sudah mengikuti pelatihan. Sedang untuk pengerjaannya dikerjakan dirumah Pengusaha yang juga merangkap sebagai gera: hasil produksi juga dikerjakan dirumah dari beberapa pekerjaannya.

Batik Tulis Sumenep ini mempunyai ciri khas yaitu motif Ayam dan warna merah yang menjadi ciri khas batik Madura pada umumnya. Sedangkan untuk bahan pewarnanya terdiri dari 2 macam yaitu: Bahan Pewarna sintesis/kimia dan bahan pewarna alami seperti dari Mohani akasia daun jati dan lain-lain.

Adapun harga sangat bervariasi tergantung pada pengerjaannya dan kain yang digunakan.

Sentra Batik Tulis yang cukup terkenal di Sumenep berada di Desa Pekandangan Barat yaitu 18 Km dari pusat kota.

5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya

Batik Tulis Sumenep sebenarnya sudah berkembang dan cukup terkenal dikalangan masyarakat Sumenep bahkan ke Luar Jawa. Namun masih perlu pengembangan lebih lanjut agar bisa lebih berkembang, seperti:

1. Peningkatan Kwalitas dan kwantitas pekerja dengan mengadakan pelatihan untuk mendapatkan pekerja yang mahir dalam membatik
2. Pasokan bahan baku kain batik khususnya yang terbuat dari sutera lebih dipermudah lagi. Dan diharapkan kain sutera yang tersedia adalah kain impor yang kwalitasnya baik tidak kalah dengan kwalitas import.
3. Pembuatan Iklan baik dengan media Visual maupun dengan brosur-brosur
4. Menyediakan pasar untuk pengrajin Batik
* Sumenep adalah kabupaten di pulau madura yang sejak dulu tercatat sebagai daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya paling besar di madura. Ini dikarenakan kabupaten ini memiliki sumber gas dan minyak yang cukup besar yang ada di pulau Pagerungan.
* Masyarakat kabupaten Sumenep sangat ramah, mungkin disebabkan adanya pengaruh budaya kalem keraton jawa yang dianut masyarakat terutama para bangsawan dan abdi dalem Keraton Kota Sumenep.
* Sejak dulu Kabupaten Sumenep tercatat sebagai kabupaten dengan tingkat penjualan sepeda motor dan mobil terbesar dan tertinggi di seluruh kawasan pulau madura. Ini menandakan tingkat kesejahteraan masyarakat di kabupaten Sumenep tinggi.
* Sumenep adalah kabupaten di pulau madura yang sejak dulu tercatat sebagai daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya paling besar di madura. Ini dikarenakan kabupaten ini memiliki sumber gas dan minyak yang cukup besar yang ada di pulau Pagerungan.
* Masyarakat kabupaten Sumenep sangat ramah, mungkin disebabkan adanya pengaruh budaya kalem keraton jawa yang dianut masyarakat terutama para bangsawan dan abdi dalem Keraton Kota Sumenep.
* Sejak dulu Kabupaten Sumenep tercatat sebagai kabupaten dengan tingkat penjualan sepeda motor dan mobil terbesar dan tertinggi di seluruh kawasan pulau madura. Ini menandakan tingkat kesejahteraan masyarakat di kabupaten Sumenep tinggi.
Wisata kota sumenep

* Pantai Lombang - adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang.
* Pantai Slopeng - adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Bila anda suka memancing ikan di laut, maka kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, jenis ikan tongkol juga ada.
Kosakata

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.

Contoh :

* bhila (baca : bhileh e schwa) sama dengan bila = kapan
* oreng = orang
* tadha' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
* dhimma (baca : dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
* tanya = sama dengan tanya
* cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau)
* onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
* Kamma (baca : kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)= kemana?

[sunting] Sistem pengucapan

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada huruf b, d, j, g, jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.

Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal huruf a schwa selain a kuat. Sistem vokal lainnya dalam Bahasa Madura adalah i, u, e dan o.
[sunting] Tingkatan Bahasa

Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni :

* Ja' - iya (sama dengan ngoko)
* Engghi-Enthen (sama dengan Madya)
* Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)

Contoh :

* Berempa' arghena paona? : Mangganya berapa harganya? (Ja'-iya)
* Saponapa argheneppon paona? : Mangganya berapa harganya? (Engghi-Bunthen)
Selain terkenal dengan Sate Madura dan garamnya, Pulau Madura memiliki banyak kebudayaan yang masih terus dilestarikan. Salah satunya adalah tradisi Karapan sapi yang merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi. Karapan sapi sudah ada sebelum abad XV Masehi.

Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh sampai lima belas detik.

Karapan sapi merupakan acara yang prestisius bagi masyarakat Madura, pemilik sapi karapan akan merasa status sosialnya terangkat apabila sapinya bisa menjadi juara. Hewan memamah biak ini juga dijadikan alat investasi selain emas dan uang. Tak mengherankan, bila para pemilik sapi karapan akan mengerahkan segala daya upayanya untuk membuat sapi-sapinya menjadi pemenang dalam setiap musim karapan. Sekadar diketahui, sapi karapan umumnya dari Pulau Sapudi [baca: Atlet Sapi di Pesta Karapan]. Sejak dulu, pulau kecil yang terletak di ujung Timur Pulau Madura itu memang gudangnya sapi bibit unggul.

Kejuaraan dimulai dari tingkat Kecamatan dilanjutkan ke tingkat Kabupaten dan diteruskan sampai ketingkat Karisidenan. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di kota Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

Kerapan sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura yang dinamakan saronen. Benar-benar meriah, apalagi alunan musik seronen menonjolkan perpaduan bunyi gendang, terompet, dan gong yang disertai tarian para pemainnya. Para pemusik seronen ini memang sengaja disewa oleh para pemilik sapi. Terutama untuk menyemangati anggota kontingen beserta sapi-sapinya sebelum karapan dimulai.

Ani Nurdwiyanti adalah kontributor swaberita dan dapat dihubungi di ani.nurdwiyanti@swaberita.com

Minggu, 01 November 2009

Love Myspace Comments
MyNiceSpace.com